JUST SOME GUY | lima tahun lalu, awal segalanya

Kali pertama Jaemin mengenal sosok yang kini menjadi idola baginya bukanlah hal yang dapat dengan bangga ia ceritakan ke mana mana. Jika penggemar lainnya bercerita tentang bagaimana mereka mengenal Jeno dan anggota lain dalam grupnya dengan cara yang bermacam-macam seperti dikenalkan oleh teman, menonton acara televisi dan sebagainya, yang terjadi pada Jaemin hanyalah kejadian sangat sederhana dan ceroboh. Namun siapa sangka satu hal bodoh yang terjadi lima tahun silam itu justru menjadi bagian dalam hidupnya yang ia syukuri hingga sekarang?

Kala itu, Na Jaemin masih berusia enam belas tahun ketika ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Jaemin adalah si sulung dari keluarga sederhana yang tinggal sedikit jauh dari pusat kota. Ayahnya meninggal tepat saat pengumuman lulus masuk Sekolah Menengah Atas akibat serangan jantung di tempat kerjanya, membubuh duka pada hati Jaemin remaja yang pulang ke rumah dengan kabar gembira karena mendapat nilai di atas rata-rata lalu dalam sejenak menjadikan hari itu hari paling buruk baginya.

Beberapa hari setelah ayah pergi, Jaemin menyadari kalau tidak bisa hanya ibu saja yang harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Jaemin, si sulung dengan dua adik yang berusia cukup jauh darinya merasa harus bertanggung jawab untuk keluarganya. Maka jadilah ia berselancar dalam dunia maya, mencari berbagai informasi mengenai bagaimana mengais penghasilan bermodalkan usia yang masih belia dan minim pengalaman. Jaemin itu memang pintar dan pekerja keras, namun sejauh ini ia hanya sering membantu ayah di kebun atau memperbaiki perabot rumah yang mulai rusak.

Memang betul kata orang kalau dunia maya bisa menawarkanmu apa saja. Jaemin menemukan beberapa lowongan pekerjaan dengan kualifikasi yang mampu ia penuhi meskipun semuanya terletak di pusat kota. Dengan telaten ia mencatat informasi tentang pekerjaan itu satu per satu, mengenai apa saja yang harus ia siapkan hingga tempat yang harus ia datangi.

Jaemin tersenyum menatap seluruh catatan yang ia punya. Saat ini yang mampu ia gantungkan adalah keberuntungannya.


...Namun kita semua tahu keberuntungan tidak akan selalu memihak setiap insan manusia.

Ini sudah hari keempat dan keberuntungan yang Jaemin harap-harap itu tidak kunjung datang. Tersisa satu tempat ia melamar yang belum memberikan jawaban. Seluruh lamaran kerja paruh waktu yang ia tawarkan ditolak mentah-mentah bagai sampah. Sisanya, ia terpaksa tidak mencoba karena mereka butuh karyawan waktu penuh sedangkan ia harus tetap sekolah dan lulus tanpa cacat sebab itulah permintaan terakhir mendiang ayah.

Laki-laki surai coklat itu melangkahkan tungkainya lesu, kepalanya menunduk kelelahan. Ia masih harus menaiki kendaraan umum selama satu jam untuk sampai ke kota ia tinggal. Ia pikir, sudah malam juga. Biarlah ia berjalan tanpa tenaga seperti ini sebelum kembali harus berpura-pura tegar saat membuka pintu rumahnya, memasang senyum layaknya sang pahlawan yang selalu kuat dan tanpa luka untuk ibu dan adik-adiknya.

Dug

“Auuuww, sakiiiiit! Ma-” Begitu memiliki kekuatan untuk mendongakkan kepalanya, pandangannya menatap lurus ke depan.

Sakit, kepalanya terasa pusing menabrak... apa ini? Kotak, terang.

Oh, panel papan iklan.

Jaemin tidak memperhatikan kalau ia pernah menemui papan iklan seperti ini. Selama ia berada di pusat kota, yang ia pikirkan hanyalah pekerjaan dan lamaran. Laki-laki itu sedikit menoleh kearah bagian depan panel iklan tersebut.

Ia pikir, akan ada tawaran mengenai suatu produk.. atau acara, mungkin? Tapi yang ada persis di hadapannya kini adalah potret seorang laki-laki, wajahnya yang tampan dipoles riasan itu nampak tanpa cela. Mata kedua laki-laki itu terlihat berbinar didukung senyum yang menghias wajahnya. Jaemin membaca tulisan yang nampak menarik perhatian pada panel iklan itu, Happy Debut Day, Lee Jeno!

Debut day? Apakah itu artinya laki-laki dalam gambar di hadapannya ini terbit menjadi artis?

Na Jaemin sejatinya bukanlah orang yang paham soal fenomena idol di tempat ia tumbuh. Meskipun hampir semua teman di kelasnya merupakan penggemar grup band (entah itu laki-laki atau perempuan, mereka semua sama), ia jarang sekali ikut memperhatikan pembahasan tentang hal itu. Mungkin sekali dua kali ia ikut mendengarkan lagu-lagu populer yang merajai tangga lagu radio lokal yang sering ia putar, namun ia tidak mengikuti perkembangan pribadi para artis itu.

Na Jaemin meremas dadanya yang tiba-tiba sedikit merasakan sesuatu yang aneh. Ada desir yang tidak bisa ia jelaskan saat ia semakin lama menatap potret laki-laki itu, yang kini ia ketahui, Lee Jeno namanya.

Aneh karena tiba-tiba ada secercah harapan tumbuh dalam hatinya saat ia menatap kedua binar hangat itu. Bibir tipisnya pula ikut tersenyum seolah-olah ia tertular kebahagiaan dalam potret kemilau di hadapannya.

Dan Na Jaemin tidak pernah merasakan yang seperti ini..

Meski larut dalam lamunannya, Na Jaemin tidak dapat mengabaikan sebuah pesan masuk pada ponselnya. Satu pesan yang hampir membuat ia ambruk saat itu juga; “Selamat, Na Jaemin! Anda diterima sebagai kasir paruh waktu di cabang toko kami. Masa training akan berlangsung selama satu minggu dimulai besok. Jangan telat datang di hari pertamamu, ya!”

Harapan. Na Jaemin kembali menoleh ke arah panel iklan itu, sekali lagi menatap potret netra laki-laki yang entah kenapa kini mulai familiar baginya. Mungkin karena binar hangat itu sempat memberinya harapan.

“Besok, kita ketemu lagi ya, Jeno!”

Kemudian secepat kilat Na Jaemin berlari menuju halte terdekat, berdoa agar cepat sampai rumah sebab ia lekas ingin memberitakan kabar sukacita ini pada keluarganya.


“Lu keliatan lebih seneng akhir-akhir ini, lagi jatuh cinta ya?” Yeonjun menyikut lengan Jaemin yang sedang pemanasan sebelum pertandingan futsal mereka.

Mendengarnya, Jaemin hanya tersenyum tipis sementara pikirannya melayang entah kemana. Yang ia tahu, ia kembali mengingat beberapa waktu lalu ketika ia berjalan terburu sepulang training hari pertama. Ia mendatangi panel iklan dengan potret Jeno yang seharusnya berada disana. Namun nihil, Jaemin tidak menemukan apa-apa karena potret laki-laki itu sudah tidak ada disana.

Instingnya bergerak untuk menggali informasi tentang Lee Jeno pada situs pencarian ; Lee Jeno, usia 16 tahun, debut sebagai Rapper utama grup musik NCT.

Detik itu juga Jaemin mencari kata kunci NCT pada laman Youtube-nya, berjalan pulang ke rumah dengan earphone tersumpal di telinga. Berkali-kali mengulang bagian Jeno yang baginya super keren dalam musik video itu dengan mata berbinar penuh kagum.

Jaemin jatuh cinta untuk kali pertama, dan biarlah perasaan sederhana itu menggebu-gebu dalam hatinya.