JUST SOME GUY | promise

Udara senin pagi adalah satu hal yang tidak boleh kita, sebagai manusia, lewatkan setiap minggunya. Begitulah prinsip laki-laki berbadan kokoh itu hingga ia rela selalu bergegas menyusuri tepi jalan sungai Seine yang harus dilewatinya setiap hari pagi-pagi sekali. Namun prinsip itu kini hanya menjadi alasan ke dua baginya setelah ia menemukan satu sosok yang beberapa minggu terakhir menjadi pusat perhatiannya.

Dari banyaknya manusia rupawan yang berlenggak-lenggok di jalanan Paris, baru kali ini ia memantapkan netranya untuk seorang laki-laki yang terlihat sedikit lebih muda darinya. Memperhatikan bagaimana laki-laki itu duduk tenang di tepi jalanan Paris yang sibuk, entah menggambar apa pada buku catatannya.

Dan seolah semesta memihaknya, suatu hari ia menemukan laki-laki itu meninggalkan bukunya pada salah satu bangku taman. Inisial nama laki-laki itu NJM, atau setidaknya itulah yang terukir pada sampulnya.

Beberapa hari kemudian, di hari Senin pagi paling indah baginya, Laki-laki manis itu duduk di salah satu meja di cafe tempat ia biasa menghabiskan Senin pagi sebelum memulai kelas. Bagai tertiban jackpot, Nuel tersenyum layaknya si bodoh seharian saat itu juga.

Saat kembali lagi pada hari Senin selanjutnya, bagai sebuah kejadian konstan, Nuel kembali bertemu dengan laki-laki itu.

Ia melirik sebuah buku yang ia simpan dalam tasnya. Ini sudah minggu ketiganya menyimpan buku bertuan itu. Apakah saatnya?

Tepat ketika Nuel beranjak, laki-laki itu terburu berjalan keluar. Entah ada urusan mendadak apa. Nuel gagal lagi.

-

Minggu keempat, Laki-laki itu kembali ada disana.

Kali ini ia memakai setelan baju hangat, terlihat sangat manis di mata Nuel. Hari ini, ia harus melakukannya. Mengembalikan buku catatan milik sang empunya, kalau beruntung, berkenalan pula dengannya.

“Hai.” Sapaan itu terdengar lembut bagi telinganya sendiri. Oh, Nuel merah padam. “Boleh saya duduk disini?” Nuel menunjuk sebuah bangku kosong di hadapan laki-laki itu.

Mata besar laki-laki manis itu membulat, terlihat berkali lipat lebih manis jika dilihat dari dekat, rupanya.

Laki-laki itu mengangguk terputus, kemudian menyembunyikan wajahnya malu-malu.

Menggemaskan.

Setelah duduk, Nuel merogoh tas miliknya, “I just wanna.. return this book to you. Saya gak sengaja lihat kamu pegang buku ini tempo lalu, terus kamu tinggalin buku ini di kursi taman. Saya gak buka-buka isinya. Tadinya mau saya buka kalau saya gak ketemu kamu di kafe ini. But this book is really belongs to you, so it find it's way to come back to you, NJM.?”

Laki-laki itu tertawa sedikit dan demi Tuhan yang Nuel lihat saat ini sangat ingin ia abadikan kalau bisa.

“Terimakasih, ya. This book is important for me, really.”

Senyum merekah pada wajah kedua adam itu bagai mereka adalah yang paling bahagia sedunia.

Nuel. Immanuel Ishak, by the way.”

NJM stands for Nicholai James Martin, but you can call me Jamie.


Selama beberapa tahun terakhir dalam hidupnya, baru kali ini Jeno terbangun dengan perasaan hangat. Hatinya entah kenapa merasa lega. Mimpinya cukup aneh, namun ia ingat bayangan laki-laki yang tiba-tiba hadir disana; tampan dan hati kecilnya berharap ia dapat bertemu dengan laki-laki itu lagi jika diizinkan semesta.