LUSTRUM | Pindah Tugas
“Mau ada apaan si Rei?”
Nara masih belum berhenti bertanya. Bahkan ketika mereka sudah ada di parkiran motor food court tempat sir Nico mengundang mereka untuk makan siang.
“Hajatan.” Jawab Rei asal.
“Dih, tai.”
Begitu masuk, sudah ada sir Nico didalam. Beliau duduk di pojok, satu meja dengan seorang mahasiswa. Nara kenal. Ko Winrou namanya, biasa dipanggil Ko Win.
Kakak tingkatnya itu tidak pernah ingin dipanggil kak, soalnya kalau disatuin jadi aneh, kak Win.
“Oi, Re, ngapa ada ko Winrou?”
“Nanya mulu lu ye Nar kek pegawai baru.”
Nara cuma menghela nafas, ia sih sudah biasa disewotin teman kecil-kecil cabai rawitnya itu.
“Siang sir, ko.” Sapa Rei dan Nara bersamaan.
“Eh dah dateng, pesen dulu dah sana. Saya yang bayarin.”
“Bener nih sir?”
Yang namanya gratisan, Nara sih gapernah nolak.
“Yeee, serius atuh. Sana pesen yang banyak. Kan saya yang ngundang, jadi saya yang traktir.”
Si Rei mah udah ngelancong aja ke stall favorit dia di foodcourt, pesen ayam goreng kalasan. Sedangkan Nara, ia lebih memilih makan mie ayam bakso.
•••
Minuman sudah datang ketika makanan mereka masih dimasak, mungkin datangnya bakal agak lama karena situasi foodcourt yang ramai efek jam makan siang.
“Javier, kemarin keterima kepanitiaan Lustrum kan ya?”
Nara yang daritadi memilih diam dengerin percakapan sir Nico, ko Winrou dan Rei pun gelagapan.
“Hehe, iya nih sir. Sir Nico kan yang pimpin Steering Committee-nya?”
“By the way, Nara aja sir. Lebih enak manggil Nara bukannya?”
“Yoi. Yaudah oke. Nara masuk divisi apa?”
“Acara. Sub-divisi Dance, sir.”
Dilihatnya sir Nico dan ko Winrou cuma ngangguk-ngangguk.
“Dibawahnya Theo ya berarti?”
Agak ambigu si. Ko Win sama Rei cekikikan sementara Nara otaknya jalan kemana-mana.
“Maksud gue Korsubdiv-nya Nara si Theo, elah.”
Nah kan, keluar juga 'asli'nya dosen muda ini.
“Betul, sir.”
Ada jeda waktu sebentar yang digunakan Nara untuk nyeruput jus mangga pesanannya.
“Nara, saya mau minta tolong. Kira-kira boleh gak?”
Nara nengok ke arah dosennya yang masih muda dan ganteng itu. Kalau dilihat dari deket begini, sir Nico justru kayak kating yang lagi ikut nongkrong bareng mereka. Gondrong, pemilihan baju beliau juga jarang formal. Emang dosen FTI doang yang oke dan seger-seger.
“Minta tolong apa tuh sir?”
“Nara mau gak, jadi Bendahara Umum 2 buat Lustrum? Nemenin Rei?”
Sebuah pertanyaan, bukan sebuah pernyataaan. Berarti Nara masih punya opsi kan ya?
“Winrou kan harusnya Berdum 1, tapi dia harus gantiin anak tim promosi kampus yang ngedadak sakit. Dia gak bisa ngemban tugas bendahara selama pelaksanaan acata. Seminggu itu jadwalnya tabrakan. Jadi Rei yang gantiin Berdum 1, nah kamu Berdum 2-nya.”
Nara ngangguk-ngangguk denger penjelasan sir Nico.
“Mau kemana ko Win?”
“Lampung nih. Makanya gabisa bolak-balik. Tapi nanti LPJ gue bantuin kok.”
“Widihhh, Lampung banget nih?”
Nara kembali menghadap sir Nico untuk menjawab.
“Saya sih gak masalah, sir. Tapi gak enak sama kak Theo...”
“Saya udah ijinkan kamu ke Theo. Katanya gak papa, tapi dia tetap butuh bantuan kamu pas hari H. Itu bisa diatur lah.”
Nara menimbang-nimbang sebentar. ko Winrou dan sir Nico sama-sama terlihat memelas. Hanya ada satu orang yang sedari diam menggerogoti sedotannya, panik sih ada, bung.
“Sir Nico kok bisa tiba-tiba milih saya?”
Skakmat. Tuhkan bener.
“Tuh, Rei yang jadiin kamu tumbal. Katanya kamu berpengalaman jadi bendahara.”
Nara menoleh kearah Rei. Sedangkan si bocil udah kabur duluan beralasan mau cuci tangan di toilet.