LUSTRUM | Sate Padang
Waktu menunjukkan pukul 9 malam, David memutuskan untuk memulangkan anggota panitia dan meminta tiap koordinator divisi untuk tinggal. Kini, mereka berbincang mengenai kulikan acara yang tadi sudah dirundingkan per-Divisi. Istilahnya rapat tim inti, gitu.
Tentu saja rapat yang ini berjalan dengan lebih santai, sengaja agar tidak terlalu jenuh karna hari sudah malam. Ada yang sambil ngudud, makan, bahkan si Hansel aja masih sempet-sempetnya ijin sambil main ml.
“Jadi fix bakalan dibagi jadi 7 hari berturut-turut nih ya?” Ujar David, doi menyeruput kerang dara yang tadi sempat ia beli diluar gedung fakultas.
“Yoi ko, dekan mintanya acara sepekan. Dah kaya emang ni fakultas.” Sahut Hansel, masih dengan mata yang menempel pada layar ponselnya. Keren juga, rapat sambil push rank.
“Kek gini bisa-bisanya ye dia ngeburu-buruin. Alamat bakal lembur terus inimah persiapannya.” Johnny gak mau kalah berkomentar.
“Ya mau gimana si Jo, dahlah. Masih mending kita gak danusan. Untung ga mikir duit.”
Dijawab gitu sama David bikin Johnny cuma manggut-manggut.
“Nara, gak makan?”
Nara yang sedang mendengarkan percakapan menoleh ke arah Rei, “Boleh?”
“Ya boleh ego, gih sana keluar cari makan. Ini kerjaan gue aja yang handle dulu.”
“Lah elu gak makan?”
“Tadi gua nitip ayam lamongan sama Kasa, tapi anaknya belom dateng. Dah sana,”
Diperbolehkan keluar, Nara pun pamit pada yang lain untuk makan diluar sebentar.
•••
Baru aja Nara mau jalan ke parkiran, ia bertemu dengan Jean dan Kasa. Ahh, enak banget, makanan Rei udah dateng.
“Oit, mau kemana?”
Jean menghalangi jalan Nara. Sementara Kasa langsung pamit ke ruang rapat.
“Beli makan. Kok lo disini? Nemenin Kasa anter makanan ya?”
Jeno tertawa kecil, “Sok tau niih. Mau anter makanan ke Amar.”
Nara cuma bisa menggumam, “Yaudah, gih sana?”
Namun Jean hanya diam ditempat. Tangan kirinya masuk kedalam saku hoodie sedangkan tangan kanannya masih memegang kresek hitam.
“Tadi udah sekalian Kasa yang bawa. Nih, makan. Gua juga bawa buat lu.”
Saat Jean menyodorkan plastik hitam tersebut, Nara dapat mengendus bau makanan yang Jean bawa. Segera matanya berkilat dan ia tersenyum lebar, “Sate padang???”
Merasa gemas, Jean reflek mengusak surai biru milik Nara.
“Semangat amat loh. Suka sate padang emangnya?”
“Iya!! Makanan paling enak sedunia tau ini tuh.”
Jean hanya tertawa kecil, tangannya meraih lengan Nara untuk mengajaknya beranjak pergi dari sana. Ia berniat membawa si surai biru ke spot favoritnya di kampus. Balkon terbuka di lantai dua.
“Kok lo tau sih gue suka sate padang?”
Mungkin Nara tidak menyadari kalau sekarang ia sedang diseret secara perlahan oleh Jean. Saking senangnya.
“Tau dong. Siapa coba yang gasuka sate padang?”
Well, Nara gak perlu tahu kan, betapa resenya Jeno kala ia ngespam chat Hansel tadi untuk bertanya apa makanan kesukaan si rambut biru itu?